"Hei, mengapa kamu menangis? Di depan toko orang lagi. Apa kamu gak malu?"
Aku mendongak dan melihat siapa orang itu. Aku semakin menangis, anak itu adalah seorang teman yang baru aku kenal beberapa hari sebelumnya. Melihatku yang semakin, dia merasa semakin bersalah dan mengajakku ke taman kota. Saatku tenang, dia memberiku coklat panas.
[ Aku terkejut. Entah mengapa? Aku tau coklat panas itu untuk menghangatkan diri di saat hujan, dan sekarang, hatiku yang tadi hujan jadi tinggal bergemuruh.]
Kuteguk beberapa kali, dan hatiku pun tenang. Dia memulai pembicaraan...
"Maaf membuatmu semakin sedih tadi. Tapi, mengapa kamu menangis?"
"Iya, tak apa. Malah, aku berterima kasih padamu, karena sudah menenangkanku. Aku kehilangan... SAHABAT."
Dia terdiam, kemudian membalas...
"Memangnya sahabatmu ke mana? Dia pindah? Atau seperti apa?"
"Tidak. Dia memang tak jauh dari diriku. Kami juga masih satu sekolah. Tapi, aku merasa jauh darinya, jauuuh sekaliii. Entah karena aku yang berubah, entah karena dia yang berubah, atau apalah.. aku tak tau."
"Tidak mungkin. Maksudku, kita tak akan merasa jauh dengan sahabat baik kita."
"Jadi, maksudmu, aku dan dia bukan sahabat baik?"
"Aku tak mengatakan begitu. Untuk mendapat sahabat yang baik, kita dulu yang harus jadi sahabat yang baik untuk orang lain."
"Tapi, bagaimana caranya? Harus kucari di mana tips-tipsnya?"
"Kau tak perlu mencari berbagai tips untuk jadi sahabat yang baik. Tapi, menurutku, kita harus mengerti apa itu persahabatan dan sahabat.Dan tanpa sadar, kita sudah menjadi sahabat yang baik."
Dia mengakhiri kata-katanya dengan sebuah senyuman yang begitu tulus.
[ Dia membuat hatiku lega, legaaa sekaliiii, seandainya senyuman itu selalu ada... ]